Home » » Biografi Inu Kencana Syafiie

Biografi Inu Kencana Syafiie


Drs. Inu Kencana Syafiie, M.Si. lebih akrab disapa Pak Inu, lahir 14 Juni 1952 sekarang berumur 59 tahun, adalah seorang dosen dari Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) Jatinangor, Jawa Baratyang sekarang berganti nama jadi IPDN. Ia terkenal setelah berhasil membongkar beberapa kasus kriminal yang terjadi di sekolah tersebut. Selain sebagai dosen, Inu Kencana juga dikenal sebagai penulisbuku aktif hingga saat ini. Buku terlaris yang ditulis oleh Inu Kencana adalah IPDN Undercover.




Inu Kencana Syafiie, lahir tanggal 14 Juni 1952 di kota Nagari Simalanggang, sekitar tujuh kilometer dari Payakumbuh, Sumatera Barat. Ia adalah anak dari pasangan Abdullah dan Zaifar Syafiie. Inu kecil bersekolah di SD Simalanggan Payakumbuh, dan kemudian berpindah-pindah sekolah sampai menginjak kelas V SD. Pada saat kelas V SD ia bahkan baru dikhitan. Dan saking seringnya berpindah-pindah tempat itulah, semasa kecilnya, Inu Kencana tidak pernah khatam membaca Al-Quran.
Pada tahun 1966, Inu masuk ke SMP Negeri III Payakumbuh. Tahun berikutnya ia pindah ke SMP Negeri VIII di Jakarta. Setelah lulus SMP pada 1968, Inu Kencana melanjutkan sekolahnya ke SMA Negeri 5 Jakarta. Tahun berikutnya ia pindah lagi ke SMA Negeri I Paspal di kota Pangkalan Brandan, Riau. Pada 1971 setelah lulus SMA ia kembali lagi ke Jakarta. Kali ini ia berniat masuk ke fakultas kedokteran Universitas Indonesia, sayang gagal dan akhirnya ia berlabuh di fakultas kedokteran Universitas Trisakti. Namun kuliahnya di Trisakti tidak dilanjutkan karena keterbatasan biaya, hingga akhirnya Inu muda bekerja di PT CENTEX Jakarta pada tahun 1973.

Pada 1995 Inu sekeluarga pindah ke Depok, dan ia kemudian masuk menjadi mahasiswa S2 di MAP Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Setahun kemudian Inu pindah ke rumah dinas STPDN Jatinangor seiring tugasnya yang kini menjadi dosen tetap STPDN.
Pada 1997, Inu Kencana memilih untuk tidak mengikuti pemilu. Ia lantas hanya menjadi panitia saja di pemilu terakhir rezim orde baru tersebut. Kemudian pada 1998, Inu mendapat kesempatan menjadi khotib salat Idul Fitri di kampus STPDN. Ia juga (bersama Dr. Ir. Sri Bintang Pamungkas) menjadi khotib dan imam salat Jumat di IAIN Bandung (sekarang menjadiUIN Sunan Gunung Djati Bandung).

Pada 2001, Inu Kencana lulus S2 UGM berkat tesisnya yang dibimbing oleh Dr. Warsito Utomo. Dan ia berhak menyandang Magister Sains. Tahun berikutnya, Inu sempat mendaftar untuk menjadi mahasiswa S3 di UGM dan UI namun gagal hingga akhirnya ia bisa masuk S3 di UNPAD Bandung.
Di tahun 2003 ia mulai membongkar semua kasus kriminal di STPDN (kini IPDN). Sampai saat ini bermacam borok yang terjadi di kampus itu ia kemukakan pada publik walaupun ada ancaman pembunuhan yang terus-menerus menghantui dirinya. 
Inu Kencana adalah sebuah sosok kecil namun semangat serta keberaniannya sangat besar. Dan ia sudah menjadi salah satu tokoh Indonesia yang disegani, baik oleh yang suka dengan dirinya ataupun yang benci dengan dirinya.
Inu Kencana adalah satu dari sekian banyak orang yang setia dengan kesederhanaan. Untuk pulang-pergi Bandung-Jakarta saja ia rela dan setia memakai transportasi angkutan bis umum. Bahkan untuk telepon genggam sekalipun ia masih setia dengan ponsel hitam putih, disaat dosen-dosen yang lain pamer kemewahan dengan mobil dan sepeda motor kinclong serta ponsel yang berharga jutaan rupiah.

Kasus Wahyu Hidayat

Kasus-kasus kriminal di STPDN (alias IPDN) telah lama mengusik hati seorang Inu Kencana untuk membongkarnya. Tapi baru di tahun 2003 ia mulai membeberkan semua skandal yang ada di STPDN pada publik.
Berawal dari kasus kematian praja Wahyu Hidayat. Inu mulai bertindak. Ia melaporkan kasus kematian tidak wajar Wahyu Hidayat kepada pihak kepolisian bahkan sampai ke pihak Departemen Dalam Negeri.
Bukannya berubah, segera setelah Inu melaporkan kasus-kasus tersebut, hampir semua pejabat dalam STPDN marah pada Inu. Bahkan beberapa mahasiswa STPDN sempat mengancam Inu bahwa mereka akan membunuh Inu Kencana secara diam-diam.
Bulan Agustus 2006, Inu kembali beraksi saat ia melihat daftar mahasiswa yang membunuh Wahyu Hidayat masuk daftar wisudawan. Ia langsung menghubungi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui jubirnya, Andi Mallarangeng. Spontan saja 10 tersangka kasus pembunuhan praja Wahyu Hidayat dicabut gelar akademiknya, hanya dua hari setelah Presiden SBY melantik mereka dalam acara wisuda.
Kembali lagi atas tindakkan nekad Inu tersebut, kalangan pejabat dalam IPDN, bersama para orang tua praja yang ditangguhkan kelulusannya dan juga sang menteri dalam negeri RI memarahi Inu. Inu Kencana seperti biasa bertindak tegas bahwa keadilan harus ditegakan. Hukum harus ditegakan tak pandang bulu apakah yang terkena kasus hukum itu seorang pejabat atau bukan.

Kasus Cliff Muntu

April 2007, satu lagi skandal kasus kematian datang di IPDN. Kali ini korban tewas adalah Cliff Muntu, seorang praja asal Sulawesi yang dianiaya oleh para seniornya. Pihak IPDN selalu menghalangi usaha otopsi dan juga selalu berdalih bahwa yang menjadi penyebab kematian adalah karena korban terkena penyakit liver. Namun dari hasil otopsi rumah sakit, ternyata sesudah tewas, jenazah Cliff disuntik dengan formalin untuk menghilangkan jejak.
Atas tindakkannya tersebut, kembali Inu Kencana ditegur oleh pihak IPDN melalui pembantu rektor I Nyoman Sumaryadi yang ternyata setelah diintrograsi polisi juga terlibat dalam kasus pembunuhan Cliff Muntu.
Walaupun sudah banyak ditegur, semangat Inu untuk menegakkan hukum dan keadilan di IPDN masih terasa hingga saat ini. Kasus terbaru IPDN di tahun 2008 ini adalah kasus korupsi yang diduga dilaksanakan oleh para pejabat dalam IPDN beserta sang rektor sementara Johannes Kaloh.

Karya Tulis

  • Al-Quran, Sumber Segala Disiplin Ilmu (Gema Insani Press, Jakarta – 1991)
  • Pengantar Ilmu Pemerintahan (Eresco, Bandung – 1992)
  • Etika Pemerintahan (Rineka Cipta, Jakarta – 1993)
  • Sistem Pemerintahan Indonesia (Rineka Cipta, Jakarta – 1994)
  • Filsafat Kehidupan (Bumi Aksara, Jakarta – 1995)
  • Ilmu Pemerintahan dan Al-Quran (Bumi Aksara, Jakarta – 1995)
  • Hukum Tata Negara (Pustaka Jaya, Jakarta – 1995)
  • Ilmu Pemerintahan (Mandar Maju, Bandung – 1996)
  • Al-Quran dan Ilmu Politik (1997)
  • Al-Quran dan Ilmu Administrasi (1997)
  • Ilmu Administrasi Publik (1998)
  • Logika, Etika, dan Estetika Islam (Pertja, Jakarta – 1999)
  • Ekologi Pemerintahan (Pertja, Jakarta – 2000)
  • Analisa Politik Pemerintahan (Pertja, Jakarta – 2000)
  • Manajemen Pemerintahan (Pertja, Jakarta – 2000)
  • Filsafat Pemerintahan (Pertja, Jakarta – 2000)
  • SANRI (Bumi Aksara, Jakarta – 2003)
  • Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia (Refika Aditama, Bandung – 2003)
  • Birokrasi Pemerintahan Indonesia (Mandar Maju, Bandung – 2003)
  • Pengantar Filsafat (2005)
  • Filsafat Politik (2005)
  • Ensiklopedia Pemerintahan (2005)
  • IPDN Undercover (Progessio Syaamil, Bandung – 2007)







Artikel Terkait