Home » » Prilaku Manusia yang Berhubungan Dengan Ilmiah

Prilaku Manusia yang Berhubungan Dengan Ilmiah



Berikut adalah prilaku manusian yang berkaitan dengan ilmiah, sebelumnya mungkin manusia tidak pernah tau mengapa dia harus tidur, dan mengapa dia bisa cegukan.

Menangis
 

Kesedihan bisa membuat air mata jatuh. Di antara semua makhluk, hanya manusia yang bisa menangis karena emosi. Tak hanya berguna mengkomunikasikan perasaan, ilmuwan yakin ada hormon tak diinginkan dalam air mata dan protein lain yang dihasilkan selama massa stres. Hal semacam ini disebut efek ‘tangis kebaikan’.
 


Cegukan
 

Cegukan merupakan kejang paksa diafragma (membran otot dada untuk bernapas). Kejang ini membuat otot iritasi akibat banyaknya atau sedikitnya makanan dalam perut. Anehnya, cegukan tak memiliki tujuan. Satu hipotesa menyatakan, cegukan merupakan sisa refleks menghisap primitive.
 


Tidur
 

Manusia menghabiskan sepertiga waktunya untuk tidur. Tak seorang pun bisa melewati hari tanpa tidur. Perilaku inilah satu-satunya yang bisa dipahami. Tidur memungkinkan ‘pemeliharaan’ dari produksi kimia selama bangun untuk perkembangan otak. Beberapa teori menunjukkan, tidur penting untuk ingatan dan pembelajaran. Tidur juga membantu memasukkan ingatan episodik ke dalam ‘media penyimpanan’ jangka panjang.
 


Kematian
 

Secara teknis, kematian bukan aktivitas sehari-hari. Namun, kematian terjadi pada banyak orang sekaligus tiap harinya. Mengapa? Manusia mati karena sel mati. Meski sel terus diperbarui selama 70 tahun, sel tak bisa memperbarui diri selamanya. Dalam sel terdapat telomeres untuk menyimpan informasi genetis. Namun, lama kelamaan, telomeres tak mampu menyimpan informasi dan sel tak bisa membagi diri lagi.
 


Melihat dalam 3D
 

Bagaimana mata manusia bisa menghasilkan visi 3D? Hal ini sebenarnya trik pikiran. Otak manusia memanfaatkan ‘teropong disparitas’ guna melihat gambar berbeda dari mata kiri dan kanan. Selain itu , menggunakan gambar itu, otak manusia merekonstruksi kedalaman.
 

Untuk obyek dekat, otak mendaftar ‘konvergensi’ mata manusia guna menentukan seberapa jauh jarak. Saat memandang sesuatu yang bergerak, secara tak sadar jarak itu menimbulkan ‘parallax’ yang pada kecepatan berbeda, obyek akan terlihat mendekat atau menjauh.
 


Tersipu
 

Tersipu membuat pipi memerah. Reaksi ini umum pada manusia saat mendapat perhatian sosial. Tersipu bisa dipicu bertemu orang penting, menerima pujian dan mengalami emosi kuat di situasi sosial. Biologi tersipu bekerja dengan meluaskan area pembuluh darah muka untuk menimbulkan efek memerah. Namun, hingga kini, ilmuwan tak memahami apa fungsi tersipu.
 


Ciuman
 

Insting biologis ini memang tampak aneh. Ciuman memungkinkan orang menggunakan bau dan rasa guna menilai pasangannya. Nafas dan air ludah seseorang menyimpan sinyal kimia penanda sehat atau sakit. Lebih lanjut, kulit di hidung dan mulut diselimuti minyak berisi feromon, kimia riasan biologis manusia.
 

Saat mendapat feromon selama ciuman, secara tak sadar, orang menjadi makin tertarik atau tidak tertarik untuk melakukan seks. Psikolog yakin, aksi fisik ciuman membantu pasangan ‘saling berkenalan’.
 


Kentut
 

Tiap makan dan minum, gas masuk ke tubuh. Faktanya, suatu hal normal kentut 1,9 liter atau sekitar 15-20 ‘tut’ tiap hari. Aroma khusus kentut berasal dari bakteri perut. Saat memroses makanan menjadi nutrisi di perut, mikroba menghasilkan produk bau hidrogen sulfida (gas serupa telur busuk). Seperti manusia, bakteri ini sangat menyukai makanan manis. Jenis gula alami pada susu dan buah menjadi penyumbang ‘tut’ terbanyak.
 


Tertawa
 

Saat ada hal lucu, dorongan tawa selalu muncul. Tawa memang aneh. Mengapa manusia tertawa? Psikolog yakin perilaku ini merupakan respon untuk memberi sinyal pada orang lain melalui penyebaran emosi positif, mengurangi stres dan kontribusi kohesi. Hal serupa juga terjadi pada primata, simpanse dan orang utan juga tertawa saat bermain.
 


Berkedip
 

Berkedip bukanlah hal aneh. Aktivitas sepersepuluh detik ini untuk menghilangkan partikel debu dan menyebarkan cairan pelumas ke bola mata. Hal anehnya adalah, manusia selalu tak bisa ‘melihat’ kegelapan dalam aktivtas 2-10 detik itu. Ilmuwan menemukan, otak manusia memiliki bakat mengabaikan gelap sementara. Berkedip menekan aktivitas beberapa area otak yang bertanggungjawab mendeteksi perubahan lingkungan. Alhasil, manusia bisa merasakan dunia secara kesinambungan.


Artikel Terkait